Para ulama’ dan hamba-hamba-Nya yang
sholih adalah simpanan yang berharga dan keberuntungan bagi siapa saja yang
mendapatkan siraman ruhani dari mereka. Nasehat-nasehat dari pribadi-pribadi
pilihan Alloh inilah yang selalu diharapkan.
Santri
“Nek dadi pengurus,
ojo rumongso dadi pengurus, rumongsoho dadi santri,” nasehat Mbah Hasyim kepada
kang Kasmuji (santri) pada suatu kesempatan. (111) Dalam suatu kesempatan lain,
Mbah Hasyim pernah memberi nasehat kepada santri-santrinya, bahwa santri tidak
perlu puasa senin-kamis, yang penting kita tekun dalam belajar.
“Cah pondok ora tak wajibne apal / ngamalne Dzikrul
Ghofilin. Tapi nek iso apal, iku ono nilai pluse,” pesan Mbah Hasyim. Mbah
Hasyim sering memberi nasehat, “Dadi santri ojo gumunan!”
Nasehat Mbah Hasyim, ”Ojo wedian,
ojo gumunan, ojo kagetan” ternyata juga ditemukan dalam suatu tulisan di prabon
(makam) Presiden Soeharto. Jadi, nasehat tersebut termasuk salah satu pepatah
Jawa.
“Dadi santri, kudu
siap dadi serbe’te masyarakat,” nasehat Mbah Hasyim. Dikandung maksud, bahwa
seorang santri harus siap menjadi abdi masyarakat dalam menegakkan ajaran
ilahi. (117)
Pesan
Mbah Hasyim kepada santrinya adalah agar betul-betul melaksanakan 3 hal ; 1)
Jamaah sholat 2) mentaati peraturan 3) tadarus Qur’an. Pada ketiga hal itulah, dungone
Yai dilumpokne. Berkaitan dengan hal tersebut, Mbah Hasyim pernah
mengatakan, “Dianggep santriku nek manut karo aku.” Mbah Hasyim tidak suka
(menghendaki) santri yang banyak, tetapi
Mbah Hasyim sangat senang sekali
apabila santri-santrinya tidak menjadi buruh/pegawai, tetapi justru menciptakan
lapangan pekerjaan, اليد العليا. (132) Mbah Hasyim sangat tidak senang apabila kita
menggantungkan diri kepada orang lain dalam hal urusan ekonomi. Jadilah orang
yang mampu mendatangkan karyawan, dan janganlah menjadi karyawan. Setelah lulus
sekolah di MA, Gus Sami’ berniat untuk kuliah. Saat mengutarakan niatnya tadi
kepada Mbah Hasyim, Mbah Hasyim menjawab, “Nek awakmu arep kuliah, terus dadi
PNS, pek-pek en dewe, aku ora njaluk. Goleko biaya dewe’, aku moh mbiayai. Tapi
nek awakmu mondok, ora ke’tang gre’sek-gresek, tak iwangi.”
Suatu malam, kang Jalal mijeti
Mbah Hasyim. Ketika datang menghadap Mbah Hasyim, kang Jalal sambil
membawa kitab Arba’in Nawawi. Di tengah-tengah mijeti tadi, kang
Jalal di tes oleh Mbah Hasyim agar membacakan hadis dalam kitab Arba’in
Nawawi tadi, yaitu hadis
اذالم تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
Berkaitan dengan kandungan hadis tersebut,
Mbah Hasyim berkomentar, “Nek awakmu ora isin, lakonono opo sing mbok
karepne’.” ucap Mbah Hasyim.
Mbah
Hasyim pernah memberi nasehat kepada Pak Taufik :
Agar
mengamalkan Dzikrul Ghofilin. “Kowe’ kudu nggolek 40 andalan. Lha awakmu,
nggolek siji wae, sak umur uripmu ora bakal iso. Mulakno, amalno Dzikrul
Ghafilin.”
“Arep nglakoni
keapikan opo wae, supoyo tawassul.”
Ngamalno
opo-opo, gak usah ngurusi atimu, engko lak diopeni Gusti Allah.”
Mbah Hasyim pernah memberi nasehat
kepada Pak Rohmat Blitar, “Wong iku koyok Janoko ke lho. Dlendem-dlendem, tapi
duwe bojo neh.” Ini sebatas kiasan
dari Mbah Hasyim. Maksudnya adalah, “Tidak usah banyak omong, sing penting
meneng-meneng, tapi hasile/wujude nyoto!”
Saat masih mondok di Mayak, kang
Sugeng pernah mengalami kondisi was-was dalam berwudhu, sholat maupun ibadah
lainnya. Ketika berwudhu dan kemudian terkena cipratan air wudhu orang
disebelahnya, telah membuatnya ragu-ragu. Ketika sholat di masjid, ia merasakan
kalau di masjid banyak najisnya. Perasaan seperti itu terus menghantui dalam
langkah kang Sugeng. Usaha bertanya kepada para guru (seperti Pak
Rohmat) pun ia lakukan, tetapi belum menemukan solusinya.
Lalu sowanlah kang Sugeng ke
Mbah Hasyim. Mendengar semua keluhan kang Sugeng tadi, Mbah Hasyim
menjawab, “Surgo iku mahal sekali. Mbok menungso iku wiwit lahir sampek mati
sholat terus, ngono mau urung mesti mlebu surgo. Terus nyapo sampean
menyibukkan dengan perbuatan ngono kuwi.” Mbah Hasyim juga mengibaratkan
(mencontohkan), kalau sholat di emperan (halaman rumah), asalkan tidak
tampak najisnya, maka hukumanya sah (tidak apa-apa). Waktu itu, Mbah Hasyim
mencontohkan emperan tanah di depan rumah beliau. Intinya, Mbah Hasyim memberi
nasehat, bahwa manusia masuk surga bukan karena amalnya, tetapi semata-mata
karena rahmat Allah.
Saat mijeti Mbah Hasyim, kang
Kasmuji pernah diberi nasehat oleh Mbah Hasyim, “Aurod (dzikir) opo wahe ojo
dilakoni, cukup wirid Dzikrul Ghofilin. Yakino neng Dzikrul Ghofilin, wis
nyangkup kabeh. Aku wis ngonceki neng kitab-kitab, kabeh mau wis kecangkup neng
Dzikrul Ghofilin (ulama-ulama yang ditawassuli maupun faedah-faedah bacaannya).
Sebelum sowan kepada Mbah
Hasyim untuk minta izin kuliah, kang Kasmuji mengkhatamkan Al-Qur’an 3 x
selama 10 hari di masjid. Tujuan mengkhatamkan Al-Qur’an tadi adalah supaya
hatinya bersih, bisa menerima dawuhe Mbah Hasyim. “Supoyo atiku resik
nompo opo dawuhe Yai. Wedi nek keputusane Yai gak sesuai karo keingananku,
“gumamnya dalam hati.
Akhirnya, kang Kasmuji sowan
kepada Mbah Hasyim menghaturkan niatnya untuk kuliah sekaligus meminta izin.
Selesai mendengar dan mengetahui maksud dan tujuan kang Kasmuji, Mbah
Hasyim menjawab, “Alhamdullilah kang, nek sampean pingin kuliah. Nomor :
1.
Nek
ra pingin belajar, kudu ngajar.
2.
Neng
pondok ora jaminan mlebu surgo, neng kampus yo ora jaminan dadi sugih. Sing
slamet, ojo diniati neko-neko.
3.
Ojo
melok demo, tak haramke melok demo (alasan Mbah Hasyim, karena demo tidak
sesuai dengan ajaran kitab Ta’lim Muta’allim).”
Ketika akan menikah, Pak Din dan Pak
Arba’i sowan ke dhalem untuk meminta doa dan restu Mbah Hasyim. Oleh Mbah
Hasyim, keduanya dipeseni (diberi pesan) agar bertawassul kepada Auliya’ yang
ada dalam Dzikrul Ghofilin sebelum melakukan akad nikah. Karena, para Auliya’
yang ditawassuli itulah yang akan hadir pada waktu akad nikah nanti.
Pondok
Nasehat
Mbah Hasyim kepada Pak Thoyyib saat menjadi pembimbing keamanan pondok adalah,
”Santri nakal iku ojo
digethingi, tapi didungakne!” (sama dengan nasihat Mbah Hasyim).
Diantara
pesan Mbah Hasyim pada kegiatan ziarah ke makam (saat acara KBIH) adalah :
"تشفع
“Ora seneng dunyo.”
“Ojo mbathi (panitia
jangan mencari untung).”
Diantara
pesan Mbah Hasyim kepada orang-orang yang terlibat di PPDH, baik pada kegiatan
manasik maupun lainnya adalah, “Acara-acara iku kanggo nitipno awak, ngibadah
dateng Allah.”
Pesan Mbah
Hasyim bagi ustadz yang
akan mengajar agar bertawasul setelah mengucapkan salam kepada para peserta
didik. Adapun
niat tawasul untuk:
Madrasah agar
langgeng
ü
Hidiyah
poro kekasihe Gusti Allah
ü
Para
pejuang madrasah
ü Warga awake dewe, khususe murid-murid
ü
Mugo-mugo
ilmune bermanfaat
Mbah
Hasyim berpesan, bahwa sebelum mengajar guru wajib persiapan. Mbah Hasyim
mengatakan, bahwa Syaikh Ihsan Jampes saja yang sudah ‘alim (ma’rifat),
ketika mengajar sudah menelaah kitab yang akan diajarkan dan minimal sudah
menelaah 5 kitab sebagai bahan keterangan. Adapun bagi kita yang masih termasuk
golongan awam, sudah barang tentu harus lebih melakukan persiapan sebelum
mengajar.
Masyarakat
- Laron
- Dzikrul Ghofilin dan Al-Fatihah
- Hanya ibadah
- Pak Joko dan Pak Bachtiar
- Pak Tholib
- Ziarah
Bagi
Mbah Hasyim dan ini juga termasuk pesannya, bahwa hidup kita di dunia ini hanya
untuk ibadah thok (saja), dunia nomor dua.
Dalam
urusan keluarga, Mbah Hasyim berpesan agar bersikap hidup sederhana. Contohnya
dalam hal memasak, maka memasaklah secara sederhana, tidak berlebih-lebihan.
Kaitannya
dengan mendidik anak-anak (siswa), Mbah Hasyim pernah menyetir hadist :
من كان فى حاجة اخيه كان الله فى حاجته
“Sopo wonge sing memenuhi hajat sedulure, mongko Gusti Allah bakal memenuhi
hajate.”
Laron
Saat acara PWM, Mbah
Hasyim pernah memberikan mau’idhoh (nasehat), “Laron iku nek topo yo dadi
gundiek, tapi nek pethok pandhangan diampiri, yo lare ilang.”
“Hati itu ibarat lampu neon, semakin terang, maka semakin
banyak laron (nama serangga) yang datang. Begitu juga manusia, bila
hatinya bersih, maka orang pun akan berbondong-bondong mendatanginya. Makanya,
bila ingin menjadi manusia yang diperlukan/ berguna bagi orang banyak, maka
bersihkanlah hatimu, tidak perlu promosi” (nasehat yang pernah diungkapkan Mbah
Hasyim).
Diantara pesan Mbah Hasyim : 1) Sabar, 2)Manfaatkan waktu (isi waktu dengan
kegiatan bermanfaat), 3) Dalam suatu majlis, janganlah membicarakan aib orang
lain dan 4) Berkaitan suatu hal yang rahasia, hendaklah hanya diberitahukan
kepada orang terbatas (mereka yang mampu menjaga rahasia)
Dzikrul Ghofilin dan Al-Fatihah
Mbah Hasyim
mengingatkan, bahwa dalam melaksanakan Dzikrul Ghofilin, diniati untuk ibadah
saja.
Dikandung maksud,
janganlah kegiatan ’ubudiyyah tercampuri oleh perkara-perkara dunia.
Lagi pula, seseorang yang mengabdikan diri pada jalan ilahi, maka segala urusan
dunianya akan terselesaikan.
Mbah Hasyim
memberi perintah Pak Zaenal agar mengamalkan Al-Fatihah sebanyak-banyaknya.
Ketika
kenal dengan Gus Miek pun, Mbah Hasyim juga diperintah Gus Miek untuk
mengamalkan membaca Al-Fatihah.
Hanya ibadah
Mbah Hasyim mengingatkan kita agar selalu mengerjakan ibadah,
apapun bentuknya. Mbah Hasyim memberi contoh, siapa tahu, kalau ibadah kita
yang diterima Alloh adalah justru saat kita nyisihne
pilangan (membuang sisa bungkus nasi waktu Simaan Al Qur’an) ke tempat
sampah.
Diantara
pesan Mbah Hasyim, “Awake dewe nek arep ngalor, kudu genah alasane nek ditakoni
Pengeran. Nek ora iso, yo ojo ngalor.”
“Nek
pengen derajat dhuwur, dimusuhi / dinesoni wong ojo direken. Nek mbok re’ken,
berarti awakmu podho karo wong mahu.”
Mbah Hasyim :
“Wong nek bengi, raketang melek thok, iku hikmahe gedhe!”
Ini sejalan dengan laku tirakat Mbah Hasyim yang selalu terjaga di malam hari
(saharul layali). Tirakat seperti ini Mbah Hasyim lakukan semenjak remaja
hingga dijemputnya ajal.
Pesan
Mbah Hasyim : ”Ngapiki wong iku wis
termasuk ngamalne tasawwuf.”
Diantara
pesan Mbah Hasyim, bahwa apabila kita mengejar keberhasilan di dunia ini, maka
tidak akan bakal ketemu (menemukan). Berusaha (untuk urusan dunia)
adalah sampingan hidup.
Pak Joko dan Pak Bachtiar
Pada
suatu kesempatan, Mbah Hasyim berpesan kepada Pak Joko (murid sekaligus
tetangganya) agar menjaga sholat.
Pesan Mbah Hasyim
kepada Pak Bachtiar, Mlilir, “Neng endi wahe, ojo adoh songko masjid!”
Diantara
pesan Mbah Hasyim adalah agar kita tidak ke warung.
Pak Tholib
Mbah
Hasyim pernah berpesan kepada Pak Tholib, bahwa orang kaya anggaplah musuh dan
orang miskin anggaplah sebagai dulur (saudara). Ungkapan Mbah Hasyim ini harus dipahami dengan bijak.
Bahwa dulur sejati adalah mereka yang
bersaudara dengan kita dalam kebaikan dan dekat dengan kita dalam keadaan apa
saja. Dulur sejati bukanlah saudara kandung, tetapi siapa saja yang
apabila temannya susah maka ia ikut merasakan susah, dan apabila temannya
gembira maka ia ikut bergembira. “Nek koncone susah,
yo melu susah. Semono ugo sewalike,” ucap Mbah Hasyim. Hubungan seperti ini akan terus langgeng
sampai hari akhirat.Dikandung maksud dari pesan ini, agar kita waspada terhadap kekayaan,
karena bila tidak berhati-hati, kekayaan bisa merusak ibadah kita.
Ziarah
Agar hajat (niat)
berziarah kita berhasil, maka kita harus memperhatikan tata cara maupun dzikir
saat berziarah. Kepada Pak Yono, Mbah Hasyim pernah memberitahukan rahasia agar hajat kita berhasil
ketika ziarah ke makam-makam.
Saat berziarah,
hendaknya kita mengamalkan apa-apa (seperti wirid) yang menjadi kesenangan shohibul
maqom. Masing-masing shohibul maqom mempunyai kecenderungan
berbeda. Ada kalanya shohibul maqom menyenangi wirid tertentu,
maka kita mengamalkan wirid sebagaimana yang telah diamalkan shohibul maqom
tadi. Tetapi, ada pula shohibul maqom yang ketika masih hidup,
membaktikan diri dalam pendidikan, seperti mengajar, maka kita juga mencontoh
apa yang telah dilakukan shohibul maqom tadi dengan membaktikan
dalam dunia pendidikan dengan sungguh-sungguh. Maka, hendaknya kita bisa
menyesuaikan dengan semua itu.
Mbah Hasyim pernah
bertanya kepada H. Yono, “Apa sing nyepet-nyepeti mungguhi Mbah Ageng Tegalsari
marang wong sing ziaroh kubur neng maqome?” Mendapat pertanyaan
seperti itu, H. Yono hanya diam saja dan kemudian mengembalikan jawabannya
kepada Mbah Hasyim. Mbah Hasyim akhirnya memberikan jawaban, bahwa Mbah
Tegalsari itu mempunyai kebiasaan apik, ibadahnya sregep (bagus),
sesrawungane juga bagus, dan lain-lainnya. Kalau orang yang berziarah ke
makamnya tidak mau mencontoh perilaku bagus Mbah Ageng Tegalsari tadi dan
dikemudian hari datang lagi ke makam untuk sowan, itulah sing nyepet-nyepeti
bagi Mbah Ageng Tegalsari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar